Pendakian Ke Gunung Slamet

Pendakian Ke Gunung Slamet

Gunung Slamet merupakan gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa dan tertinggi pertama di Jawa tengah dengan ketinggian 3428 mdpl. Sehingga gunung ini dijuluki sebagai atap Jawa Tengah. Keinginan saya untuk mendaki Gunung Slamet sudah sejak lama. Tepatnya setelah berhasil mendaki Gunung Ciremai karena dari puncak Gunung Ciremai saya bisa melihat puncak Gunung Slamet. Ibaratnya ingin mencoba naik kelas ke yang lebih tinggi. Sekaligus ingin melihat Gunung Ciremai dari Gunung Slamet.

Barulah pada tahun 2021 setelah saya bekerja di Sumedang, ada ajakan dari teman untuk ke Gunung Slamet dan saya menyanggupi. Saat itu masih ada pembatasan pendaki karena pandemi COVID-19 sehingga syaratnya harus melampirkan surat keterangan sehat dan bukti rapid-test. Memang agak ribet tapi kadung ngebet ke Gunung Slamet jadi kami turuti saja syarat tersebut.

Kami berencana mendaki 3 orang. Saya berangkat dari Sumedang 2 orang dan dari Depok 1 orang. Kami putuskan untuk bertemu di basecamp Slamet pada hari Jumat, 3 September 2021. Dari Sumedang berangkat jam 16.00 sepulang dari kantor dengan rincian transportasi yang digunakan:

Elf Sumedang-Bandung Rp 25.000 1 jam
Angkot Cileunyi-Rancaekek Rp 3.000 5 menit
Bis Sinar Jaya Rancaekek-Purwokerto Rp 70.000 6 jam

Sekitar pukul 01:00 WIB kami sampai di terminal Purwokerto. Itu merupakan waktu yang nanggung karena bis kecil/elf yang biasa menuju Bambangan sudah tidak ada. Nanti baru ada lagi di pagi hari. Hanya ada beberapa ojeg dengan resiko masuk angin karena perjalanan masih jauh. Sambil berpikir mencari solusi kami coba menghangatkan tubuh dengan makan mie rebus + cabe potong. Saat makan itu lah ada bapak-bapak yang menawarkan sewa mobil ke basecamp seharga Rp 200.000. Termasuk mahal karena kami hanya patungan berdua sedangkan mobilnya kijang kapasitas 7 orang. Namun karena kami dikejar waktu akhirnya kami sepakat untuk sewa mobil saja agar bisa secepatnya istirahat di basecamp. Kami sampai di basecamp pukul 03.00 dan masih bisa tidur sejenak. Sedangkan teman saya yang dari Depok baru sampai jam 06.00 karena ada kendala mobil.

Pukul 07.00 pagi kami mulai mengurus registrasi, administrasi pendakian dan SIMAKSI dengan membayar Rp.20.000 per pendaki. Disini kami juga diminta mengisi daftar barang bawaan yang dibawa mulai dari tenda, sleeping bag, jaket, kompor, gas, logistik, P3K, dan lain-lain. Tidak lupa kami juga melakukan pemanasan dan berdoa.

Bismillah…

BASECAMP BAMBANGAN – POS 1 Pondok Gembirung + 90 Menit (1937 MDPL)

Trek diawali dengan melalui perkebunan warga dengan jalan berupa susunan bebatuan. Bagi saya ini cukup menyiksa karena di satu sisi tubuh masih melakukan penyesuaian dengan lingkungan sekitar, di sisi lainnya ternyata jarak dari base camp ke pos 1 adalah yang terjauh. Kami banyak beristirahat di bagian ini. Memakan waktu lebih dari 90 menit. Ada juga yang memakai ojeg namun kami putuskan untuk jalan saja karena kami baru pertama kali ke sini sehingga penasaran.

POS 1 – POS 2 Pondok Walang + 60 Menit (2256 MDPL)

Trek selanjutnya mulai masuk ke area hutan, namun masih masuk sinar matahari di beberapa titik. Trek ini mulai menanjak namun relatif lebih pendek dibanding pos 1. Menuju POS 2 akan di mulai dengan trek yang langsung menanjak yang akan membuat lelah lutuh dan bahu para pendaki, tapi trek nya tidak sepanjang dari basecamp ke POS 1.

POS 2 – POS 3 Pondok Cemara + 60 Menit (2510 MDPL)

Vegetasi hutan sudah semakin padat pada trek ini. Pada pos bayangan 2 ada persimpangan jalur pendakian, yaitu persimpangan jalur via Bambangan Purbalingga dan Dipajaya Kabupaten Pemalang. Pos 3 merupakan camp area pertama yang direkomendasikan karena relatif luas.

POS 3 – POS 4 Pondok Samarantu + 60 Menit (2688 MDPL)

Pos 4 atau Pondok Samarantu menurut kepercayaan warga sekitar terkenal dengan kemistisannya, sehingga tidak diperbolehkan untuk camp disana. Di sana ada gerbang samarantu, yaitu sebuah “gerbang” yang terdiri dari dua pohon besar, yang konon katanya kita masuk ke dunia ghaib. Para pendaki juga diharapkan untuk menjaga sikap selama di sana.

POS 4 – POS 5 Samyang Rangkah + 35 Menit (2795 MDPL)

Trek setelah pos 4 agak sempit seperti lorong dengan semak yang berada di kanan kiri nyaris menutupi jalur. Perjalanan untuk menuju pos 5 sekitar 35 menit. Pos 5 menjadi area camp kedua yang direkomendasikan dan menjadi area favorit karena lebih dekat ke puncak dan banyak pilihan lapak untuk membangun tenda. Selain itu sekitar 30 menit ke arah lembah terdapat sumber mata air yang bisa dimanfaatkan pendaki untuk mengisi ulang perbekalan air. Menariknya di Gunung Slamet, kita camp di sekitar warung warga lokal. Jadi para pendaki tidak perlu takut kekurangan logistik, asalkan bawa uang banyak karena tentunya harga makanan cukup tinggi 😀 Kami pun memutuskan untuk camp di pos 5 berbagi lapak dengan 1 tenda lainnya. Namun sayangnya saya belum sempat ke mata airnya, hanya mengambil air dari aliran di bawahnya.

POS 5 – POS 6 Katebanan + 25 Menit (2909 MDPL)

Trek masih didominasi dengan lorong-lorong sempit dan rimbun oleh semak dengan sesekali diapit oleh pohon-pohon besar. Sudut pendakian juga makin membuat dengkul panas.

POS 6 – POS 7 Samyang Kendit + 45 Menit (3040 MDPL)

Setelah pos 6 pohon besar mulai berkurang menyisakan pohon kecil dan semak-semak. Pemandangan sudah lebih terbuka. Kerennya di Gunung Slamet, warung ada hingga pos 7. Luar biasa! Gak kebayang tiap hari angkut berbagai dagangan ke pos ini. Rasanya harga yang mahal pun akan setimpal dengan perjuangan mereka. Di Pos 7 ada area yang bisa dibangun tenda hanya saja jumlahnya terbatas. Mungkin hanya 3-4 tenda saja.

POS 7 – POS 8 Samyang Jampang + 20 Menit (3092 MDPL)

Trek dari pos 7 sudah semakin terbuka karena akan melalui hutan bekas kebakaran. Hingga ke pos 8 sudah tidak ada lagi area yang bisa dijadikan tempat camp.

POS 8 – POS 9 Plawangan + 25 Menit (3172 MDPL)

Mulai dari pos 8 trek akan semakin menanjak terdiri dari tanah bercapur pasir halus. Vegetasi sudah benar-benar terbuka. Namun sayangnya kondisi sedang berkabut sehingga tidak sepenuhnya bisa melihat ke bawah.

POS 9 – Puncak + 75 Menit (3428 MDPL)

Pos 9 menuju puncak merupakan trek paling berat. Trek terus menanjak dengan sudut di atas 45 derajat. Kontur jalan didominasi bebatuan, kerikil, dan pasir yang mudah sekali longsor sehingga harus berhati-hati. Seperti yang sudah saya sebutkan tadi, kondisi pada saat pendakian sedang berkabut dan angin kencang. Namun sesekali kabut hilang dan menampakkan keindahan langit dan pemandangan ke arah bawah. Kami harus pintar-pintar memanfaatkan momentum untuk mengabadikan gambar sebelum akhirnya tertutup lagi kabut.

Meskipun tidak sepenuhnya cerah, setidaknya pendakian kali ini cukup lancar meskipun mie rebus + cabe di terminal 2 malam sebelumnya begitu menyiksa perut saya. Perut terasa panas di sepanjang perjalanan ditambah begah juga karena cuaca dingin. Ya tapi setidaknya masih bisa ditahan dan saya berhasil mencapai atap Jawa Tengah!

Puncak Gunung Slamet
Satu-satunya foto yang cerah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.