Pengalaman 5 Tahun Kerja jadi Staf IT di Bank
Ini adalah lanjutan postingan saya sebelumnya mengenai kerja di bank (baca: Pengalaman 2 Tahun Kerja jadi Staf IT di Bank). Dalam rentang 3 tahun itu (2018-2020) banyak perubahan yang terjadi baik dari sisi bank itu sendiri maupun dari sisi saya sebagai orang yang bekerja di dalamnya.
Tak bisa dipungkiri Teknologi Informasi/Information Technology telah mempengaruhi aspek kehidupan kita tak terkecuali dalam keuangan dan perbankan. Tahun 2018 serangan pinjaman online (pinjol) benar-benar masif dan agresif. Masyarakat mulai beralih ke pinjol saat mencari pinjaman uang. Dengan bermodal KTP saja sudah bisa mencairkan pinjaman uang. Sangat mudah bukan? Terutama saat lagi kepepet butuh duit. Tentu berbading terbalik dengan bank yang mewajibkan banyak syarat dulu sebelum bisa mencairkan kredit. Belum lagi serbuan fintech (financial technology) macam gojek, bukalapak, tokopedia yang memperluas transaksi keuangannya hingga dompet digital, investasi, pembayaran pajak, SAMSAT, bayar kartu kredit, hal-hal yang sebelumnya hanya bisa dilakukan di bank.
Digital Banking
Tahun 2019 bank bjb seolah ingin berlari mengejar ketertinggalannya dalam aspek Digitalisasi. Aplikasi mobile banking bjb digi dirombak total. Lalu bjb meluncurkan internet banking corporate untuk manajemen keuangan perusahaan, pembayaran cashless seperti e-money dan QR, memperbanyak kerjasama host-to-host dengan kampus dan e-commerce, serta banyak lagi digitalisasi di aplikasi layanan maupun aplikasi internal perusahaan. Kami sebagai staf IT tidak lagi dipandang sebelah mata. Bahkan dibuat jenjang karir khusus untuk jabatan IT kala itu, yang disebut ITDP (Information Technology Development Program). Pasti kurikulum pendidikannya fokus ke IT. Mungkin lulusannya diperuntukkan untuk staf di Divisi IT.
Jabatan kami menjadi penting karena jadi supporting utama kala itu. Pekerjaan saya yang asalnya landai kini melejit padat kembali. Pekerjaan baru didominasi oleh pemasangan aplikasi, sosialisasi, dan penambahan fitur-fitur baru. Mungkin bahasa kerennya system implementor, haha. Kami staf IT di cabang saja rasanya lelah, saya tidak bisa bayangkan bagaimana di pusat? Sepadat dan serumit apa?
Tahun 2020 mulai terasa manfaat dari akselerasi digitalisasi di tahun-tahun sebelumnya. Kerja keras kami terbayarkan. Fitur digital dalam layanan perbankan bjb sudah bisa bersaing dengan bank-bank besar. Ya minimalnya, tidak malu-maluin kalau dibanding bank lain… 😀 Nasabah juga mulai pintar dan kembali ke bank jika ingin pembiayaan yang aman. Belakangan mulai terbuka fakta bahwa ternyata banyak pinjol yang bunganya besar, malah terkesan tidak logis. Kalau nunggak pun penagihannya tidak manusiawi mulai dari didatangi preman atau dipermalukan. Ngeriii…
Tahun ke-5 di bjb
Beban pekerjaan saya perlahan mulai stabil kembali pada tahun 2020. Saya lebih banyak nonton film dan browsing internet. Ruangan saya jadikan tempat yang senyaman mungkin sehingga banyak teman yang nongkrong di ruangan. Maklum ruangan saya terpencil pinggir server dan hanya sendirian. Sepi kalau tidak ada yang nongkrong.
Mungkin terkesan aneh ya? Apa benar kerja di bank bisa sesantai itu?
Menginjak tahun ke-5 ini sebenarnya beban pekerjaan saya nambah banyak. Jabatan saya kini berubah jadi Staf IT dan Akuntansi. Dua bidang pekerjaan yang idealnya dilakukan 2-3 orang untuk skala kabupaten. Belum lagi penambahan jumlah kantor kelolaan menjadi 1 Kantor Cabang, 5 KCP, 10 Kas, 22 ATM. Otomatis kelolaan user dan device juga makin banyak.
Tapi semakin lama kita bekerja di satu jenis pekerjaan, maka kita jadi terbiasa. Kita bisa membuat skala prioritas pekerjaan. Bahkan tak jarang, kita bisa membuat jalan pintas dari suatu pekerjaan yang berhubungan dengan komputer. Banyak hal yang bisa dilakukan otomatis oleh komputer jika kita bisa mengkonfigurasinya mulai dari backup server, menyalakan-mematikan komputer, CCTV, remote pc dari jarak jauh, membuat query database sederhana, memanfaatkan rumus excel, dan masih banyak lagi. Seiring berjalannya waktu kita juga lebih banyak relasi untuk mendelegasikan pekerjaan kita yang sebenarnya bisa dialihdayakan ke vendor seperti perawatan komputer, printer, fotocopy, CCTV, selama kita tegaskan batasan akses mereka.
Kesimpulan
So… Sampai sini mungkin pembaca sudah lebih punya gambaran kalau jadi staf IT di bank itu tidak harus jago coding dan mengerti networking. Banyak rekan saya pun bukan dari latar belakang IT. Jika disimpulkan, berikut skill yang hal-hal harus dimiliki staf IT:
- Problem solving. Problem solving menjadi softskill yang wajib dimiliki oleh Staf IT karena keseharian kita memang menerima problem dari user maupun device yang bermasalah. Kita dituntut memiliki kemampuan analisis masalah yang baik.
- Bekerja Cepat dan Multitasking. Pekerjaan harus dilakukan cepat dan tepat. Masih banyak antrian pekerjaan yang lain. Lakukan pekerjaan secara paralel. Delegasikan kepada teknisi atau vendor jika memungkinkan. Jika memang harus dikerjakan sendiri, belajarlah menentukan skala prioritas. Tentukan mana yang lebih penting dan lebih berbahaya jika masalah dibiarkan terlalu lama.
- Perbanyak relasi. Dengan banyak relasi kita bisa mendapatkan ilmu lain yang bisa mendukung pekerjaan kita. Kita juga bisa meminta tolong saat membutuhkan bantuan. Seiring waktu kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi kita pun jadi ikut berkembang.
- Selalu belajar teknologi baru. IT adalah bidang yang sangat dinamis, cepat berubah. Teknologi maju sangat pesat. Hal yang kita pelajari tahun lalu belum tentu relevan lagi tahun ini.
- Last but not least, menjaga integritas. Bekerjalah dengan sungguh-sungguh. Ada kalanya santai, ada kalanya lembur, sampai tidak pulang bahkan tanggal merah dihajar. Ya namanya juga supporting. Tetaplah bekerja sesuai SOP. Kalaupun kita tahu ada celah di system, berusahalah tutupi dan laporkan kepada atasan. Jangan memanfaatkan celah system untuk melakukan fraud karena hukumannya sudah jelas: penjara.
Itulah skill yang saya pikir penting untuk seorang staf IT di bank. Bukan berarti skill software dan hardware ga penting lho ya. Itu adalah nilai plus yang juga menunjang pekerjaan. Tapi hal tersebut bisa dipelajari sambil jalan. Jika merasa sanggup maka silahkan mendaftar. Jabatan Staf IT masih dibutuhkan . Saya justru khawatir posisi rekan-rekan di teller yang terancam. Sekarang posisinya mulai digantikan mesin CDM/CRM yang bisa menerima setoran, tarikan uang, transfer, dan pembayaran lainnya. Fitur mobile banking juga kini makin lengkap. Tentu biaya sewa mesin CDM dan biaya pengembangan mobile banking lebih murah ketimbang merekrut teller. Banyak pakar meramalkan jabatan teller akan hilang di masa depan. Menakutkan, tapi itulah realitanya.
Baca juga: Bagaimana setelah 5 tahun? Baca disini.
5 Replies to “Pengalaman 5 Tahun Kerja jadi Staf IT di Bank”
Mas, kalau di divisi IT Bank bjb itu sendiri seberapa sering lemburnya mas kalau dalam sebulan? Soalnya denger-denger sering banget lembur nya
Kalau di cabang, biasanya ngikutin ritme pekerjaan staf lainnya. Makin sering mereka lembur, kita juga jadi kebawa karena kita supporting jadi harus standby meskipun kadang kita cuman ngobrol nemenin mereka kerja. Seringnya sih akhir bulan pas bagian marketing ngejar target & awal bulan pas teller/CS nerima banyak nasabah gajian atau THR. Apalagi kalau bulan Desember menjelang tutup buku bisa lembur tiap weekend. Pertengahan bulan Januari-November sih jarang lembur. Kalau di Divisi IT Pusat sih saya kurang tau persis, tapi denger-denger dibagi 2 shift.