Review 2 Th Yamaha Xabre: Nasib Motor Kagak Laku
Disclaimer
Saya menulis review ini murni keinginan sendiri, tidak dibayar Yamaha. Kalaupun Yamaha nanti membayar saya, itu urusan belakangan.
Xabre Tahun Kedua
Halo Bre, ini adalah lanjutan dari artikel 1 tahun lalu, mengenai review motor Yamaha Xabre. Sekarang saya akan lanjut reviewnya setelah 2 tahun pemakaian.
Motor ini masih terasa nyaman di tahun kedua. Tarikan mesin masih bertenaga. Kiprok yang bermasalah tahun kemarin pun sudah tidak ada keluhan lagi setelah pakai kiprok Yamaha NMax. Hanya saja di tahun kedua ini beberapa part mulai dilakukan penggantian dan juga service:
- Kampas rem depan (lagi). Ini kampas ketiga.
- Kampas rem belakang
- Gear set
- Busi
- Filter udara, filter oli
- Servis injeksi, dll
Si Xabre jajan besar di awal tahun 2018. Tapi tidak masalah asalkan ini motor sehat terus. Mungkin memang sudah waktunya banyak part yang diganti. Selain itu, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jarak tempuh motor ini melonjak drastis. Sekitar 17.000 km/tahun. Hampir 2x lipat dari tahun pertama yang hanya 10.000 km. Wajar saja sih. Setiap minggu saya naik motor dari Majalengka-Sumedang-Patrol-Indramayu-kembali ke Majalengka yang totalnya 250 km. Belum lagi pemakaian di dalam kota dan sesekali touring.
Namun intinya, tidak ada masalah yang cukup berarti di sisi mesin. Itu teknis ya, sekarang kita bahas non teknisnya.
Xabre Motor Kagak Laku
Yamaha Xabre dilaunching di Bali pada bulan Januari 2016. Di penghujung tahun 2016, penjualannya mencapai 20.887 unit. Menjadikannya sebagai motor sport keenam terlaris di Indonesia. Tahun 2017, posisinya merosot hingga ke-10. Sepanjang tahun Xabre hanya terjual 5.030 unit saja dari Sabang sampai Merauke. Hehehe. Miris pemirsa!
Penjualannya bahkan kalah oleh Verza sport entry level Honda dan GSX-S150 sport pendatang baru Suzuki. Bandingkan dengan kakaknya Vixion di posisi pertama yang berhasil mengapalkan 109.813 unit di tahun yang sama. Bagai langit dan bumi. Ke-tidaklaku-an Xabre tercermin di jalanan sehari-hari. Saya akan sangat-jarang-sekali berpapasan dengan motor ini. Perjalanan Majalengka-Sumedang paling hanya bertemu 1 Xabre, kadang tidak sama sekali. Bahkan kebanyakan orang tidak tahu ini motor apa, atau tidak tahu kalau motor ini ada dan diproduksi Yamaha.
“Mas, bagus ya Bison-nya. Modif dimana?”
Bukan sekali motor saya dikira Bison modif. Montir bengkel pinggir jalan juga tidak tahu saat akan mengganti kampas rem belakang jika saya tidak bilang kalau part nya sama dengan R15 atau Vixion (Sejak saat itu saya selalu ke bengkel resmi). Entah kurang promosi, iklan, atau apa. Tapi kalau disebut kurang promosi, jumlah ekspornya malah lebih besar dari Vixion. Itu artinya orang Filipina dan Vietnam tahu motor ini ada. Sepertinya memang selera orang sini beda. Pada ga tahu motor keren. Ngahahahaha…
Bukan, bukan. Rata-rata berpendapat kalau dimensi motor ini terlalu pendek dan mahal untuk kelas 150 cc.
Jadi apakah saya kecewa kalau motor ini tidak laku?
Oh, tentu tidak.
Masalah dimensi, memang motor ini kecil sehingga tangan rider menekuk dan jok penumpang pendek. Tapi justru gara-gara itu motor jadi mudah dikendalikan dan lincah. Lagi pula saya dan pacar saya langsing jadi tidak bermasalah dengan kecilnya jok Xabre. hehe. Masalah harga, itu sih tergantung orangnya. Seperti tulisan saya sebelumnya, motor ini terlalu segmented, hanya segelintir orang saja yang suka.
Saya malah senang motor ini ga laku. Jadi terkesan motor ekslusif karena jarang dan tidak pasaran.
Kalau kebetulan ketemu sesama rider Xabre di jalan, kami akan saling sapa dengan 2x klakson. Tak jarang beberapa orang rider Xabre dengan sengaja mendekat untuk sekedar basa-basi bertanya dari mana dan mau kemana. Pasti karena melihat plat Z saya yang dikira dari ujung pulau. Padahal dari Sumedang. Yaaa, rasanya mirip kaya ketemu temen/saudara di jalan lah.
Waktu awal kemunculan Xabre, saya pernah diajak bergabung dengan Xabre Owner Community. Club motor khusus rider Xabre yang punya cabang di setiap kota. Waktu itu di Sumedang anggotanya masih belasan, karena masih menginduk ke Bandung (sekarang sepertinya sudah puluhan). Berhubung saya tidak terlalu fanatik dan jarang punya waktu untuk nongkrong, saya tidak ikut bergabung. Tapi mereka bilang jangan sungkan untuk menghubungi, terutama jika terjadi hal yang tidak diinginkan di jalan, di kota manapun itu. Pesan saya akan dibroadcast di grup dan anggota yang posisinya terdekat akan datang menolong. Ahhh, kebersamaan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. It’s Brotherhood!
Rasanya rider motor lain belum tentu seperti ini. Bayangkan jika rider Vixion saling sapa di jalan. Pasti di semua jalanan protokol di Indonesia akan ramai suara klakson. Yaiyalah, ketemu terus Vixion. Hehehe. Bercanda kawan. Ini hanya pembelaan dari rider yang motornya kagak laku. Kita semua bersaudara, salam satu aspal!
Xumbre, eh sumber:
One Reply to “Review 2 Th Yamaha Xabre: Nasib Motor Kagak Laku”