Mempersiapkan Resepsi Pernikahan

Mempersiapkan Resepsi Pernikahan

Bagi sebagian orang, persiapan menikah adalah hal yang sangat menguras waktu dan tenaga. Tentu mereka ingin hari spesial dalam hidup tersebut berjalan lancar. Sebenarnya dengan datang ke KUA, syukuran dengan keluarga, teman, dan kerabat saja sudah cukup. Yang penting tercatat oleh negara dan dianggap sah oleh agama. Banyak anak muda yang kini memimpikan pernikahan yang simple seperti itu.

Tapi sebagai orang Indonesia, bayangkan beban sosial yang ditanggung oleh keluarga terutama orang tua jika tidak diadakan resepsi. Pasti bakal dicap miring oleh tetangga dan orang-orang. Dikira hamil duluan lah, cowoknya kere lah, tidak memegang adat istiadat lah, dll.

Jadi ya mau tidak mau harus ada resepsi meskipun sederhana. Asalkan jangan sampai memaksakan resepsi yang di luar kemampuan finansial saja. Berikut pengalaman saya mempersiapkan pernikahan.

1. Komitmen
Nikah itu bukan cepet-cepetan, tapi lama-lamaan, terus bersama hingga kakek-nenek. Banyak orang mulai panik saat menginjak usia 26-27 tahun tetapi belum menikah. Apalagi jika teman-teman seangkatan sudah banyak yang menikah. Ditambah lagi dengan dorongan orang tua yang ingin anaknya cepat menikah.

Masalahnya, pernikahan itu bukan hal yang bisa dipercepat seenaknya. Keputusan yang diambil tergesa-gesa biasanya tidak baik. Harus dipikirkan matang-matang karena pernikahan itu komitmen seumur hidup. Makanya sering disebut ibadah yang paling lama.

Jangan pedulikan perkataan orang. Jangan terpancing hanya karena teman-teman seangkatan sudah pada menikah. Pernikahan bukanlah suatu pencapaian atau prestasi, tapi merupakan fase baru kehidupanmu yang membutuhkan komitmen dan tanggung jawab. Keinginan menikah harus muncul dari kamu dan pasangan. Lebih baik persiapkan mental lalu tanyakan kepada diri sendiri dan pasanganmu, apa kalian siap? Tanyakan juga kepada diri sendiri apa kamu sudah yakin dengan pasangan kamu?

Akan datang momen dimana kalian merasa “Kami sudah siap!” 🙂

2. Tentukan tanggal pernikahan
Tanggal pernikahan kami siapkan saat tunangan/khitbah, mumpung semua keluarga sedang berkumpul. Kami tidak percaya pada perhitungan tanggal. Kami hanya menentukan tanggal yang kira-kira kedua pihak keluarga siap dari segi waktu (dan yang penting dari segi biaya, hehehe). Penentuan tanggal ini menjadi penting karena akan jati patokan tahap-tahap selanjutnya. Kami menentukan tanggal pada 5 Mei 2018. Jadi ada waktu sekitar 1 tahun yang bisa dimanfaatkan untuk persiapan.

3. Mengurus berkas ke KUA
Jangan sepelekan pengurusan berkas ini ya. Jika ini terlewat, bisa-bisa kalian tidak akan jadi menikah 😀 Ada beberapa dokumen yang harus disiapkan seperti copy KTP, ijazah, kartu keluarga masing-masing, formulir yang harus di ttd RT/RW, dll.

4. Memakai wedding organizer (WO) atau diurus kamu dan keluarga?
Jika ingin mudah dalam mengatur persiapan pernikahan, disarankan memakai WO. Saat ini sudah banyak pilihan WO yang bisa disesuaikan dengan budget. Tapi jika kalian dan keluarga memiliki waktu luang, bisa mengurus sendiri persiapan. Tentunya akan menghemat biaya, ada kepuasan tersendiri, dan akan jadi pengalaman berharga nantinya.

Berhubung saya dan pasangan sibuk, hanya bertemu seminggu sekali, kami putuskan memakai WO. Niatnya, supaya ada yang membimbing. Maksudnya ingin konsultasi langkah-langkahnya gimana. Namanya juga baru pertama kali. Tapi setelah beberapa bulan berjalan, kok rasanya slow respon. Kami sudah booking tanggal, bayar DP, tapi sangat susah sekali diajak bertemu untuk konsultasi.

Mungkin lebih cocok disebut semi-WO, karena sejatinya owner WO tersebut adalah vendor dekorasi yang mencoba merambah catering, dan menjalin kerjasama dengan vendor baju pengantin, MUA, fotografer, dll. Manajemennya kacau, owner masih turun langsung, tidak ada yang stand by di kantor untuk menerima tamu yang konsultasi.

Pelajaran yang bisa diambil, cek dulu track record WO sebelum memutuskan memakai jasanya. Meski kurang puas, namun dengan komunikasi minim tersebut saya bersyukur resepsi berjalan lancar. Ada teman saya yang sampai gagal resepsi hanya karena WO-nya kabur. Dan itu kasusnya bukan 1.

Oh ya, terlepas dari memakai WO atau tidak, pastikan membentuk “Panitia Keluarga” yang kamu percaya (di luar keluarga inti). Nantinya mereka yang akan bertanggung jawab dari mulai awal resepsi sampai selesai. Mereka juga yang akan banyak berinteraksi dengan WO atau dengan panitia dari pihak besan karena kita, kedua mempelai, akan semakin sibuk menjelang resepsi.

5. Tentukan konsep
Konsep adalah tema dan rangkaian keseluruhan acara resepsi dari awal sampai akhir. Jadi pikirkan baik-baik konsep yang akan dipakai. Apakah berkonsep tradisional, modern, atau campuran? Berdiskusilah dengan pasangan mengenai hal ini.

Setelah konsep dipilih akan mulai terbayang rinciannya. Misalnya konsep tradisional Sunda. Maka akan ada upacara adat, saweran, dengan suguhan degung Sunda, dsb. Tema modern tentu berbeda lagi rangkaian acaranya.

Selanjutnya tentukan apakah resepsi akan dilaksanakan di rumah, gedung pernikahan, atau hotel. Itu akan mempengaruhi dekorasi yang nanti dipakai. Pertimbangkan kekurangan dan kelebihannya.

6. Fitting baju dan MUA
Ini biasanya cewek yang lebih tahu. Cowok lebih cenderung cuek dan ikut saja. Mulailah melihat-lihat model baju dari beberapa vendor. MUA juga tergantung selera cewek. Terkadang ada yang tidak suka terlalu menor, ada yang ingin terlihat pangling. Segera booking pada tanggal pernikahan. Tak jarang vendor yang terkenal harus booking dari berbulan-bulan, bahkan 1 tahun sebelum hari H.

7. Catering
Catering menghabiskan hampir 1/3 biaya resepsi pernikahan. Pada tahap ini kamu dan keluarga juga harus sudah menulis siapa saja tamu yang akan diundang agar bisa disesuaikan dengan porsi makan yang disiapkan. Jika jumlah undangan 250, maka dibutuhkan porsi minimal 500. Jika memasak sendiri, biaya akan jauh lebih murah, tapi akan beresiko karena ini berkaitan dengan konsumsi para tamu. Harus dimasak oleh orang-orang yang kita kenal baik dan sudah teruji sebelumnya.

8. Undangan dan souvenir
Karena tanggal sudah ditentukan, kalian sudah bisa mempersiapkan kartu undangan. Sesuaikan warna, design, dan ukuran dengan konsep pernikahan. Jumlah undangan dan souvenir disesuaikan jumlahnya dengan list yang sudah disiapkan pada tahap sebelumnya. Beberapa vendor selain mencetak undangan, biasanya mereka juga menyiapkan souvenir yang bisa jadi pilihan. Kecuali jika ingin memilih vendor yang khusus untuk mengurus souvenir.

9. Pesan cincin/mahar
Jika ingin model cincin custom, biasanya dibutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan untuk proses pembuatan. Jika waktu mepet, kalian hanya bisa memilih model yang ready stock. Lebih baik persiapkan dari jauh-jaruh hari.

10. Dokumentasi
Carilah fotografer/videografer yang gaya foto/videonya sesuai dengan keinginan kita. Fotografer punya gaya fotonya masing-masing. Seorang fotografer tidak bisa dipaksakan mengikuti konsep pernikahan kita. Justru kitalah yang harus mencari fotografer yang cocok.

11. Seserahan
Dalam tradisi adat Sunda-Islam, biasanya pihak laki-laki akan membawa seserahan berupa seperangkat alat salat, pakaian, sandal-sepatu, alat make up, alat mandi, dan berbagai kebutuhan perempuan. Sempatkan berbelanja di hari Minggu secara berkala, karena jika sekaligus akan repot.

12. Dana Cadangan

Jangan lupa siapkan dana cadangan untuk keadaan darurat. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Lebih baik diantisipasi sejak awal.

13. Check and re-check

Sampai tahap ini seharusnya persiapan sudah hampir selesai. Buatlah rincian semua hal-hal harus dan sudah disiapkan. Jangan bosan berdiskusi dengan ketua panitia keluarga untuk mengecek ulang semua persiapan. Perhitungkan biaya dalam RAB sederhana untuk mempermudah. Contohnya bisa download di sini.

14. Last but not least, siapkan mental dan berdoa
Selanjutnya tinggal siapkan mental dan berdoa. Banyak pasangan yang mendadak stres beberapa hari sebelum menikah, sering disebut juga sindrom pra-nikah. Mendadak kita tidak yakin apa keputusan menikah ini sudah benar? Apa pasangan kita adalah orang yang cocok? Apa kita siap jadi seorang suami / istri?

Untuk menghindarinya, fokus kembali pada alasan dan tujuan kalian menikah. Saat merasa belum siap, ingatlah bahwa kalian tidak akan pernah merasa siap sampai kapanpun jika mundur hari ini.

Ya, itulah pengalaman yang bisa saya bagikan. Sudah hampir setahun saya menikah. Orang bilang 1 tahun adalah fase penyesuaian karena semua sifat asli pasangan mulai terlihat. Tapi namanya juga pernikahan, ada konflik sudah biasa, tinggal kita menyikapinya saja. Disadari atau tidak, ternyata konfliklah yang membuat kita dewasa 🙂

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.