Review Yamaha Xabre (MT-15) Setelah 1 Tahun Pemakaian
Kali ini saya akan memberikan review untuk motor Yamaha Xabre (baca: Seiber) alias MT-15 setelah 1 tahun pemakaian. Kalau liat odometer sih baru 10rb km-an.
Saya tertarik membuat review karena baru kali ini ngurus motor dari orok, hahaha. Sebagai informasi, beberapa motor yang pernah saya pakai dalam waktu yang lumayan lama diantaranya Kharisma, Mio, Beat, dan Satria F. Jadi punya pembanding meskipun beda kelas.
Xabre adalah jawaban kegalauan saya setelah si Suzie, Satria F, saya digondol maling. Cukup bosan dengan motor bebek, matic, dan ayago, saya berniat membeli motor naked sport (saya kurang suka sport fairing). Setelah mencoba beberapa naked sport punya teman, riding positionnya cukup nyaman, pokoknya memberikan rasa yang beda dibanding bebek & matic. Jujur, saya ga terlalu ngerti mesin. Hal yang pertama dilihat cuma design. Tahun 2015 design yang bikin saya jatuh hati itu KTM Duke 200 karena bentuknya yang mirip Satria F versi sport. Tapi harganya 70jt (sekarang udah 33jt! Mewek cuy… T.T ) Dulu Duke belum dirakit di Indonesia, masih CBU. Kawasaki Ninja 250 versi Mono juga sama mahal (bagi saya). Vixion terlalu pasaran, dan dari Honda saat itu belum ada yang menawarkan design oke. Yang paling mending designnya Bison. Eh, pas keluar versi terbarunya malah ga karuan designnya. haha
Masuknya Xabre di awal 2016 jadi angin segar. Buntutnya yang pendek jadi mengingatkan saya pada Duke. Design secara keseluruhan saya nilai paling keren di kelasnya.
Tanpa pikir panjang saya beli tuh motor.
Kelebihan
Design agresif. Sok depan UpSide Down (USD) 36mm yang membuat tampilannya kekar berotot, speedometer negative LCD digital, lampu full LED, swing arm aluminium, ban lebar (depan 110 belakang 130), electric starter khas klan MT, dan spakbor menggantung. Dulu pas awal-awal keluar, pasti jadi tontonan kalau lagi di lampu merah. hehe
Handling mantap. Meski bodinya bongsor ternyata cukup ringan. Banyaknya part plastik pada body, shroud, dan tangki mungkin jadi faktor penyebabnya. Belakangan pemakaian plastik mulai marak karena dinilai mudah dibentuk. Stang lebar dan posisi jok yang lebih maju juga turut menyumbang enaknya handling motor ini. Salip-salip di kemacetan tidak membuat motor ini sulit dikendalikan.
Nyaman. Posisi jok yang maju itu pula membuat badan tegak dan rileks. Touring diatas 400km seharian tidak akan membuat pegal meski step agak ke belakang mirip step underbone. FYI, dari fulltank 10,2 liter pertamax bisa mencapai 450km-tergantung medan dan gaya berkendara.
Feel yang baru. Naik motor ini agak berbeda dengan naked sport Yamaha yang sudah ada sebelumnya. Ada aura moge dan campuran supermoto. Didukung helm bawaan yang cocok pula.
Kekurangan
Segmented. Yamaha menyatakan kalau motor ini terinspirasi dari gaya Minor Fighter, menjadikan motor ini sangat segmented karena masalah selera. Terlihat dari jok belakang yang sangat kecil. Akan kesulitan jika membonceng orang yang badannya berisi. Motor ini akan sangat sulit dinaiki bertiga, apalagi dengan design jok yang terpisah.
Tinggi. Belum lagi seat height yang terlalu tinggi untuk saya yang tingginya 165 cm. Saya harus beli lowering kit untuk menurunkan tingginya 5cm sehingga kedua kaki bisa menapak.
Spakbor kurang fungsional. Posisi spakbor terlalu sporty sehingga tidak menjalankan fungsinya dengan sempurna. Kalau hujan, cipratan airnya akan mengenai punggung bahkan ke bagian belakang helm.
Mesin. Pada sektor mesin, tarikannya terasa ngempos di putaran atas. Gigi 6 jarang sekali dipakai. Rasanya susah pengen 120kmpj, kalah top speed bila dibanding kakaknya sendiri Vixion yang punya basis mesin sama, apalagi Satria. Tidak heran sih sebenarnya, toh klan MT dibuat oleh pabrikan dengan menonjolkan torsinya, dan itu terbukti tarikannya nampol di putaran awal.
Selain itu, minor problem yang mulai ditemukan di 1 tahun ini adalah indikator mesin yang menyala, makin hari-makin sering terutama saat mesin dingin. Setelah dicek masalahnya di kiprok, terjadi overcharge alias pengisian aki secara berlebihan. Kata teknisinya, ini masalah yang serupa dengan R15 karena tidak punya kick starter. Harganya cukup mahal kisaran 400-500rb sehingga banyak yang menyarankan disubstitusi dengan kiprok NMax, yang harganya hanya seperempatnya.
Update 25 Mei 2017: Problem solved setelah ganti pake kiprok NMax.
So, thats all. Secara keseluruhan saya puas dengan motor ini. Meski orang bilang kemahalan untuk motor 150cc, tapi kalau ngemodif sendiri dan dihitung harga per part-nya, nih motor worth banget lah. Terbayar dengan kelebihan dan kenyamanan yang saya dapat selama setahun terakhir ini. peace
Thanks for reading. See ya on the next post!
3 Replies to “Review Yamaha Xabre (MT-15) Setelah 1 Tahun Pemakaian”
Gan Masih Lanjut NgeFf?.. Btw olinya pake apa?😂 saran pake Oli diesel aja, tau sendirilah mesin Sebasis sama vixi yg boros Oli😂
Udah ga. Ga ada waktu, hahaha. Baca-baca doang paling. Oli bawaan pabrik, ga pernah macem-macem 😀