The Infinite Loops – Chapter 1

The Infinite Loops – Chapter 1

Naruto milik Masashi Kishimoto sepenuhnya. Saya tulis fanfiction ini karena kecintaan saya pada anime Naruto, tapi kurang sreg aja dengan ending aslinya 😀

Warning: Naruto dan Hinata sengaja dibuat Out of Character (OOC).

Note: The Infinite Loops berasal dari kata Infinite yang artinya tak terbatas dan Loop yang artinya pengulangan. Jadi The Infinite Loops berarti pengulangan yang tak terbatas, dalam hal ini pengulangan waktu.

Summary: Ketika Naruto mengalahkan Kaguya Ootsutsuki dalam perang dunia ninja ke-4, semua chakra Kaguya terserap ke tubuh Naruto hingga ia terjebak dalam Infinite Time Loops. Setiap kali Naruto mati, ia akan kembali ke umur 10 tahun. Menyenangkan? Tidak! Ini kutukan. Naruto dipaksa menyaksikan orang yang ia sayangi mati terus-menerus.   

Chapter 1

“Who Are You?

“Naruto?”

“Hei, Naruto?”

“Kau baik-baik saja? Kau terlihat pucat.”

Naruto tersadar setelah Iruka memanggilnya berulang kali. Saat itu ia sedang mengerjakan soal tentang materi ninja di papan tulis, namun tiba-tiba tubuhnya terhuyung begitu saja. Seperti akan pingsan. Beruntung ia masih sempat berpegangan pada ujung papan tulis.

Naruto berusaha menegakkan badannya, berdiri dengan ditopang oleh kedua kakinya lagi.

“Aku tak apa-apa,” ujarnya.

Setelah itu Naruto mengerjakan soal di papan tulis dengan sempurna. Naruto tak melewatkan satu kata pun dalam jawabannya. Hal itu mengagetkan Iruka dan juga seisi kelas. Seingat mereka Naruto bodoh dalam hal teori ninja.

Setelah dipersilahkan duduk oleh Iruka, Naruto kembali ke bangkunya. Ia lalu memperhatikan sekelilingnya.

Time looping lagi rupanya,’ batin Naruto.

Naruto hanya bisa menghela napas pasrah sambil menulis angka 18 di telapak tangan kirinya dengan bolpoin.

Ada yang berbeda dengan Uzumaki Naruto hari itu. Anak berusia 10 tahun tersebut mengalami perubahan yang sangat drastis hanya dalam waktu beberapa saat. Anak-anak sekelas Naruto tak ada yang sadar karena terlalu sibuk dengan apapun yang sedang mereka kerjakan. Mereka menganggap perubahan Naruto yang bisa menyelesaikan soal sebagai suatu kebetulan semata. Iruka melihat perubahan ini tapi tidak fokus memperhatikannya karena ia punya tanggung jawab untuk melanjutkan pelajaran.

Berbeda dengan Hyuuga Hinata yang sehari-harinya selalu memperhatikan Naruto. Gadis itu bisa menyadari kalau Naruto tidak hanya jadi pintar menjawab soal, tapi juga jadi bersikap lebih pendiam dari sebelumnya. Naruto tak lagi membuat keonaran di dalam kelas untuk membuat semua perhatian orang tertuju padanya. Ini sebenarnya hal yang bagus. Tapi justru Hinata menangkap ada sesuatu yang salah dalam diri Naruto. Terutama saat ia melihat kedua mata safir Naruto yang tiba-tiba saja seperti berubah dalam hitungan detik. Tatapan kedua mata safir Naruto menunjukkan rasa kebosanan dan juga beban yang berat. Entahlah mungkin ini perasaan Hinata saja.

Perubahan sikap Naruto semakin terlihat dari hari ke hari. Ia lebih banyak diam dan serius. Padahal sebelumnya teriakan Naruto akan selalu terdengar di kelas dan itu jadi ciri khasnya. Hinata bersikeras untuk tenang dan menganggap tidak ada yang salah dengan Naruto. Namun setiap Hinata berusaha melupakannya, justru rasa penasaran Hinata makin besar. Apalagi ini berhubungan dengan orang yang sangat dikaguminya. Orang yang memberinya semangat untuk jadi lebih kuat. Orang yang jadi panutannya sejak lama.

Hinata semakin sering membuntuti Naruto untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan bocah itu. Jika dulu ia membuntuti Naruto sesekali saja, kini ia melakukannya hampir setiap hari sepulang dari akademi. Untunglah Ko sudah tak lagi menjaganya sehingga Hinata bisa lebih leluasa pergi kemana saja.

Tanpa Hinata ketahui, Naruto menyadari perbuatan Hinata ini. Namun Naruto memilih untuk membiarkannya dulu. Ia akan mencari saat yang tepat untuk menyikapinya.

Hari ini di akademi diadakan sparring tradisional ninja. Sparring diawali dengan segel pembuka berbentuk dua jari, jari telunjuk dan jari tengah (setengah segel harimau atau biri-biri), yang disimpan di depan dada. Ini sama dengan segel tangan yang umum dibentuk ketika akan membuat berbagai jurus. Tapi khusus dalam sparring tradisional ini, segel itu berarti dimulainya sparring, atau berarti ‘aku akan melawanmu’. Ada juga segel penutup untuk mengakhiri sparring dengan cara menautkan kedua jari peserta yang dipakai di awal. Menautkan kedua jari peserta bermakna kalau setelah sparring ini kedua orang yang bertanding masih jadi teman.

“Selanjutnya, Uchiha Sasuke dan Uzumaki Naruto,” panggil Iruka yang saat itu bertindak sebagai wasit. “Kalian akan bertarung satu sama lain.”

Banyak teman-teman sekelas Naruto yang memuja-muja Sasuke, terutama perempuan. Alasannya klasik, Sasuke tampan dan punya prestasi terbaik di kelas. Dalam sparring kali ini pun sudah pasti mereka menjagokan Sasuke. Mereka berteriak menyemangati Sasuke dan mengejek Naruto agar kalah. Naruto tampaknya tak sedikit pun peduli.

“Aku tak tertarik melawannya.” Naruto kemudian mencari sosok yang ingin ia lawan. Ditunjuknya orang yang ia maksud. “Aku ingin melawan Hyuuga Hinata.”

Hinata tak menyangka saat Naruto memanggil namanya. Ini benar-benar hal yang tak terduga.

“Hah? Kau memilih perempuan?” tanya Sakura tak percaya.

“Hahaha. Dasar penakut. Bilang saja kau takut kepada Sasuke!” cibir Kiba.

“Bahkan melawan Hinata pun aku yakin kau tak akan menang,” tambah yang lain.

“Hahahahaha!”

Tawa pecah di arena sparring. Naruto tetap tak mempedulikan tawa dan ocehan teman-teman sekelasnya.

“Kenapa kau pilih Hinata? Tadi dia sudah melakukan sparring,” jawab Iruka.

“Sejak sparring ini dimulai, dia adalah kunoichi tercepat di kelas ini. Aku ingin menantangnya.”

Setelah itu tawa semakin keras di kerumunan teman-teman Naruto. Mereka tahunya Naruto lemah, jadi memilih Hinata adalah pilihan yang salah karena klan Hyuuga sudah terlatih sparring taijutsu seperti ini. Mereka menganggap Naruto tak ada peluang untuk menang melawan Hinata.

“Diam semuanya!” tenang Iruka. Ditatapnya kembali Naruto. “Tidak bisa Naruto, kau harus melawan Sasuke,” jawab Iruka.

“Baiklah, apa boleh buat. Kuharap fansgirl Sasuke tak akan ada yang kecewa,” ujar Naruto.

Raut wajah Sasuke menegang mendengar kata-kata Naruto itu. Ia marah. Baginya Naruto hanya badut kelas yang tak punya kemampuan apa-apa. Untungnya ia pintar menyembunyikan kemarahannya. Ia tetap mempertahankan wajah cool-nya sambil berjalan ke lingkaran tempat sparring.

“Baiklah kalian berdua, mulailah dengan segel pembuka,” kata Iruka.

Naruto membentuk segel setengah harimau/biri-biri dengan tangan kanan di depan dadanya, diikuti dengan Sasuke yang menggunakan tangan kiri.

“Mulai!” seru Iruka sambil mundur dari tanda lingkaran di tanah untuk memberikan ruang bertarung kepada Naruto dan Sasuke.

Sasuke dan Naruto melesat secara bersamaan, mencoba menumbangkan lawan mereka. Sasuke memukul wajah Naruto yang sudah ada di hadapannya, namun tiba-tiba Naruto menghilang. Tanpa diduga Naruto sudah berada di belakang Sasuke dan menendang bokongnya hingga ia keluar dari lingkaran.

Semua orang yang tadi menyoraki Sasuke langsung mematung. Jagoan mereka telah dikalahkan dalam waktu sedetik oleh orang paling bodoh di kelas, Uzumaki Naruto. Dengan cara yang tidak elit pula.

“Guru?” tanya Naruto. Iruka tak juga menentukan pemenang saking kagetnya melihat pertarungan Naruto yang singkat.

“Pemenangnya, Uzumaki Naruto!” seru Iruka. Tak ada tepuk tangan. Tak ada pula sorakan kemenangan dan ucapan selamat dari teman-teman Naruto. Orang-orang di sekeliling Naruto masih terlarut dalam ketidakpercayaan.

“Selanjutnya lakukan segel penutup, tautkan jari kalian,” seru Iruka.

Naruto malah berbalik bermaksud meninggalkan arena pertandingan.

“Aku ingin tanding ulang. Aku hanya keluar sejengkal dari lingkaran.” Kali ini Sasuke tak bisa menyembunyikan kekesalannya.

“Tidak ada tanding ulang,” tegas Iruka. “Tunggu jangan pergi Naruto, lakukan segel penutup dengan Sasuke!”

Naruto tak menggubrisnya. Ia malah mendekati Hinata. “Temui aku di sini setelah pulang. Kita akan sparring.”

Hinata tak sempat memberikan tanggapan tapi Naruto sudah terlanjur melompat ke luar pagar.

Hinata mengalahkan lawannya dengan cepat dalam sparring. Memang sih tidak secepat Naruto, Neji atau ninja laki-laki lainnya. Tapi tercepat jika dibandingkan dengan sesama kunoichi. Wajar Hinata jadi yang tercepat. Klan Hyuuga sudah menjadikan taijutsu seperti bagian dari diri mereka. Setiap pagi dan sore mereka berlatih di mansion. Didukung dengan kemampuan mata byakugan yang bisa mendeteksi titik chakra penting di badan lawan. Hinata pikir mungkin inilah alasan Naruto ingin sparring dengannya.

Hinata tak mau membuat Naruto kecewa sehingga ia menuruti permintaan Naruto untuk datang lagi ke tempat sparring saat pulang dari akademi. Walaupun diakui Hinata, ia harus mati-matian menyembunyikan rasa malunya kala itu. Ia dan Naruto akan berdua saja di sana. Apalagi saat mengingat di akhir sparring ia dan Naruto akan menautkan jari-jari mereka. Ini semakin membuat pipi Hinata merona merah. Ditepuknya kedua pipinya untuk mengurangi rasa malunya. Bukan saatnya untuk berpikir itu. Hinata berpikir positif, mungkin Naruto ingin merasakan bertarung dengan klan Hyuuga.

Malang bagi Hinata, ia tak tahu kalau ini sebenarnya rencana Naruto untuk membuat perhitungan dengannya.

Naruto sudah bersila di tengah lingkaran tempat sparring saat Hinata datang. Hinata tidak terlambat menemui Naruto karena memang bel pulang baru berbunyi. Naruto sudah berada di sana karena bolos. Ia tak masuk kelas lagi setelah selesai sparring dengan Sasuke.

Hinata berusaha tersenyum kepada Naruto untuk mencairkan suasana. Alih-alih membalas senyuman Hinata, Naruto malah bertanya “Hinata, apa kau tahu makna bunga lavender?”

Hinata menatap Naruto tak mengerti kenapa tiba-tiba saja ia menanyakan hal itu. Tapi kemudian Hinata sadar ia suka bunga lavender tanpa tahu maknanya. Hinata akhirnya menggeleng.

Raut wajah Naruto berubah sedih. Ia lalu berkata “Dalam bahasa bunga, lavender berarti pengabdian, keberuntungan, kesuksesan, dan kebahagiaan.”

Hinata mengangguk-angguk tanda mengerti. Sekarang ia jadi tahu makna bunga kesukaannya. Hinata sebenarnya ingin mengobrol lebih lama dengan Naruto. Namun tanpa basa basi lagi, Naruto berdiri dan membuat segel pembuka. Kelihatannya Naruto memang ingin langsung bertarung. Mau tak mau Hinata melakukan hal yang sama.

Tak lama kemudian Naruto melesat meninju Hinata.

SRAAKK!

Hinata menahan tinju Naruto dengan telapak tangan kanannya hingga kedua kakinya terseret ke belakang.

Hinata melompat ke belakang Naruto. Tanpa diduga Naruto tak kalah cepat dan mengayunkan tangan kirinya ke kepala Hinata.

BUKH!

Hinata menahannya lagi. Kali ini dengan tangan kirinya.

“Ghhh!” Hinata merasa sakit di tangannya saking kerasnya pukulan Naruto.

‘Apa-apaan ini?! Ini bukan sparring! Naruto-kun serius ingin melukaiku!’ batin Hinata.

Tanpa melepas pukulannya, Naruto mengirimkan serangan berikutnya. Sebuah tendangan ke perut Hinata secara telak membuat Hinata terlempar jauh ke pagar besi. Menjadikan Naruto satu-satunya orang yang berdiri di lingkaran. Ia jadi pemenangnya.

Naruto kemudian berjalan mendekati Hinata dan menarik kerah jaket Hinata. Naruto memaksa Hinata untuk berdiri. Ia mendekatkan wajahnya ke telinga Hinata.

“Ini peringatan untukmu, Hyuuga. Jangan pernah membuntutiku lagi dan jangan pernah berusaha untuk dekat denganku lagi,” bisik Naruto dingin.

Untuk pertama kalinya, kedekatan jarak wajah mereka saat itu tak membuat Hinata senang atau bersemu merah karena malu. Kedua rasa itu seolah-olah lenyap. Justru sebaliknya, rasanya hati Hinata hancur berkeping-keping setelah mendengar kata-kata Naruto. Ketika Naruto melepas badan Hinata, badan Hinata terasa lemas dan ia terduduk kembali di tanah. Rasa sakit di perut Hinata tak sebanding dengan rasa sakit di dadanya. Darah yang mengalir dari sudut bibirnya serta air mata yang mengalir dari kedua mata lavendernya dibiarkan begitu saja.   

Tiga hari berturut-turut Hinata tidak masuk ke akademi. Ia hanya mengurung diri di kamar. Kalau saja Hiashi tak membentaknya untuk pergi ke akademi, pasti Hinata akan terus di kamar. Kata-kata Naruto kemarin telah berefek fatal pada diri Hinata. Bagaimana tidak? Naruto adalah salah satu alasan Hinata rajin masuk ke akademi. Naruto adalah alasan ia pantang menyerah untuk berusaha jadi ninja yang hebat. Hinata itu sensitif. Ia perlu waktu banyak untuk menata kembali hatinya agar ia siap bertemu lagi dengan Naruto di kelas yang sama.

Setelah 3 hari tidak bertemu, Hinata melihat Naruto kini mulai akrab dengan anak-anak laki-laki lain. Terkadang ia bercanda ringan dengan mereka. Biarpun candaannya tak segila dulu, setidaknya Naruto mau diajak ngobrol. Ini semakin membuat hati Hinata sakit. Sikap dingin Naruto hanya ditujukan padanya. Naruto yang sekarang berbeda dengan Naruto yang pernah menolongnya dari sekelompok anak nakal hingga Naruto dikeroyok bertahun-tahun yang lalu.

Di pihak lain, Naruto berusaha tak melakukan kontak mata dengan Hinata. Bahkan jika mereka berpapasan sekalipun, Naruto seperti tak mengganggap Hinata ada. Sikap ini dilakukan Naruto bertahun-tahun hingga menjelang kelulusan genin. Ia berharap Hinata akan berhenti mengaguminya.

Naruto harus bersyukur karena harapannya terkabul. Hinata berhenti mengaguminya. Namun sayangnya sikap Naruto telah memicu perasaan lain dalam diri Hinata.

“Ko, ayo kita berlatih,” ujar Hinata suatu malam.

“Tidak Hinata-sama, tadi pagi Anda sudah berlatih dengan Hiashi-sama, lalu dilanjutkan sore hari dengan Hanabi-sama. Anda harus istirahat,” jawab Ko penuh pengertian pada majikannya.

“Aku ingin lebih kuat.”

“Tapi-“

“Aku mohon,” kata Hinata.

Ko akhirnya menurut karena ia tak bisa menolak permintaan majikannya. Malam itu Ko juga sadar kalau kekuatan Hinata meningkat dalam 3 tahun terakhir ini. Hal lain yang berubah dari Hinata adalah sikap pemalunya yang berkurang. Ia jarang bicara tergagap-gagap lagi. Bahkan Ko melihat Hiashi perlahan menaruh respeknya kepada Hinata. Sekarang Hiashi lebih intens memperhatikan putri tertuanya itu.

Tanpa Naruto ketahui, sikap kasarnya kepada Hinata telah memicu obsesi Hinata pada kekuatan.

Ujian kelulusan genin berjalan lancar bagi Naruto dan Hinata. Kini Naruto bergabung dengan tim 7, sedangkan Hinata dengan tim 8.

“Saatnya memperkenalkan diri kalian. Apa yang kalian suka dan benci, lalu apa hobi dan cita-cita kalian?” tanya Kakashi kepada anggota baru tim 7 yang mulai sekarang akan dibimbingnya.

“Uzumaki Naruto.” Naruto mengambil inisiatif untuk menjawab pertama. “Hobi, hal yang kusuka dan kubenci sangat banyak. Untuk cita-cita…” Naruto tak menyelesaikan kalimatnya.

Sebenarnya ada 1 hal yang jadi cita-cita Naruto. ‘Aku ingin mati,’ pikir Naruto. Sayangnya ia tak mungkin menjawab itu.

“Kau punya cita-cita? Bukankah dulu kau sering bilang ingin jadi Hokage?” tanya Kakashi saat melihat Naruto terdiam.

“Itu dulu. Entah kini aku masih menginginkannya atau tidak,” jawab Naruto cuek. 

Pernyataan Naruto mengagetkan Kakashi, Sakura, dan bahkan Sasuke. Perubahan Naruto sudah sangat jelas terlihat di mata mereka. Sayangnya tak ada yang tahu apa yang membuat Naruto berubah jadi seperti ini.

“Ah, baiklah selanjutnya,” ujar Kakashi untuk mengalihkan perhatian Sakura dan Sasuke. Namun tatapan matanya masih memperhatikan Naruto dengan seksama. Sebelum ini Sandaime memang memberitahu semua jounin pembimbing kalau ada laporan Naruto mengalami peningkatan kekuatan yang pesat.

Sementara itu di tempat lain sedang ada perkenalan Yuuhi Kurenai dengan anggota tim 8.

“Sebutkan nama dan alasan kalian ingin jadi ninja,” kata Kurenai. Hinata mendapat giliran pertama memperkenalkan diri.

“Namaku Hyuuga Hinata. Aku ingin jadi ninja karena ingin jadi Hokage suatu hari nanti,” kata Hinata semangat.

Pernyataan Hinata pun mengagetkan semua anggota tim 8. Setahu mereka yang sering mengatakan itu adalah Naruto.

‘Naruto, apa yang telah kau lakukan pada Hinata?’ batin Kurenai.

DUAKH!

Hinata tersungkur ke tanah akibat tendangan Naruto di pinggangnya.

“Kudengar dari Kiba kau ingin jadi Hokage? Kau meniruku,” bentak Naruto sambil berusaha menendang Hinata lagi yang kini sudah bangkit.

Hinata menangkap kaki Naruto dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya menyerang perut Naruto dengan Jyuuken. Naruto muntah darah dan tumbang ke tanah. Hinata menduduki perut Naruto dan memukuli wajah Naruto bertubi-tubi.

BUGH! BUGH! BUGH!

“Aku tak menirumu! Aku meniru Naruto-kun yang kukenal! Orang yang sangat kukagumi bertahun-tahun lalu! Orang yang selalu ceria dan ramah!”

“Uhuk… Orang yang kau sebutkan itu sudah mati. Akulah… Akulah Naruto,” jawab Naruto di sela-sela pukulan yang dilayangkan Hinata ke wajahnya.

“Ya. Mungkin kau benar, ‘Naruto-kun’ yang kumaksud sudah mati. Karena itulah aku ingin melanjutkan cita-citanya jadi Hokage. Ghh!”

Naruto membanting Hinata ke tanah, sekarang berbalik Naruto yang memukul wajah Hinata.

BUKH! BUKH! BUKH!

“Orang lemah sepertimu tak layak jadi Hokage!” bentak Naruto.

Hidung dan bibir Hinata sudah mengeluarkan darah sekarang.

Di kejauhan, Kiba melihat pertarungan Naruto dan Hinata. Saat ini tim 7 dan tim 8 sedang berlatih bersama karena Kakashi dan Kurenai sedang ada urusan. Kiba sedang sparring dengan Sakura, sedangkan Sasuke dengan Shino.

“Sakura, lihat Naruto dan Hinata,” ujar Kiba. “Apa menurutmu sparring harus sampai sebrutal itu?”

Sakura menoleh ke arah yang ditunjukkan Kiba dan matanya langsung melotot. “Itu bukan sparring! Mereka berkelahi!” seru Sakura panik. “Sasuke-kun, Shino, bantu aku memisahkan mereka.”

Perkelahian Naruto dan Hinata awalnya memang hanya sebuah sparring. Lalu diselipi dengan obrolan tentang cita-cita Hinata yang ingin jadi Hokage. Entah siapa yang mulai, setelah itu serangan-serangan yang mereka lancarkan jadi semakin keras dan ujung-ujungnya jadi berkelahi.

DUAKH!

Hinata menendang perut Naruto dan sekali lagi menduduki perut Naruto, lalu memberondongi Naruto dengan pukulan di wajah.

“Siapa yang kau bilang lemah?!”

BUKH! BUGH! BUKH!

Naruto tak sempat menjawab karena Hinata memukulinya tanpa henti. Lama-kelamaan kedua mata lavender Hinata basah. Tetes demi tetes air mata Hinata jatuh ke dada Naruto.

“Aku benci padamu! Siapa kau sebenarnya? Aku tak mengenalmu. K-kau bukan Naruto-kun yang kukenal!”

BUAAKHH!

“Kembalikan Naruto-kun-ku yang dulu! Kau kemanakan Naruto-kun-ku?” tanya Hinata sambil terisak pilu.

Kiba, Sakura, Sasuke, dan Shino sudah sampai di dekat Naruto dan Hinata. Mereka berempat tak mengerti apa yang sebenarnya diperdebatkan Naruto dan Hinata. Yang terpenting sekarang, Naruto dan Hinata harus dipisahkan sebelum perkelahian mereka makin brutal. Kiba dan Sakura langsung menarik badan Hinata dari atas perut Naruto dengan susah payah. Hinata terus saja meronta dan berusaha menyerang Naruto.

Sementara itu Sasuke dan Shino menarik tubuh Naruto untuk menjauhkannya dari amukan Hinata. Sebelum tubuhnya ditarik, Naruto berkata “Seperti yang sudah kusebutkan tadi, Hinata. Naruto yang kau kenal sudah mati.”

To Be Continue…

© rifuki

The Infinite Loops – Chapter 1
The Infinite Loops – Chapter 2
The Infinite Loops – Chapter 3
The Infinite Loops – Chapter 4
The Infinite Loops – Chapter 5
The Infinite Loops – Chapter 6
The Infinite Loops – Chapter 7
The Infinite Loops – Chapter 8 (End)

2 Replies to “The Infinite Loops – Chapter 1”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.